Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out
Blog ini hanyalah artikal semata-mata. Ianya ada yang ditulis dan ada yang diambil dari sumber-sumber yang dipercayai (Sebelumnya saya mohon maaf jika saya mengambil artikal ini tanpa izin yang empunya). Sekiranya ada kesilapan atau ketidakpuasan mengenai artikal ini harap dimaafkan, diberi komen atau cadangan. Semuga sedikit sebanyak ianya dapat berkongsi dan memberi ilmu pengetahuan kepada kita yang sedang mencari " ILMU " untuk manaafat diri dan sahabat-sahabat kita ... terima kasih.

27 Jun 2010

Kepada Saudariku, Para Muslimah: Kami Iri Pada Kalian

27 Jun 2010
0 ulasan
Joana Francis adalah seorang penulis dan wartawan asal AS. Dalam situs Crescent and the Cross, perempuan yang menganut agama Kristen itu menuliskan ungkapan hatinya tentang kekagumannya pada perempuan-perempuan Muslim di Libanon saat negara itu diserang oleh Israel dalam perang tahun 2006 lalu.

Apa yang ditulis Francis, meski ditujukan pada para Muslimah di Libanon, bisa menjadi cermin dan semangat bagi para Muslimah dimanapun untuk bangga akan identitasnya menjadi seorang perempuan Muslim, apalagi di tengah kehidupan modern dan derasnya pengaruh budaya Barat yang bisa melemahkan keyakinan dan keteguhan seorang Muslimah untuk tetap mengikuti cara-cara hidup yang diajarkan Islam.

Karena di luar sana, banyak kaum perempuan lain yang iri melihat kehidupan dan kepribadian para perempuan Muslim yang masih teguh memegang ajaran-ajaran agamanya. Inilah ungkapan kekaguman Francis sekaligus pesan yang disampaikannya untuk perempuan-perempuan Muslim dalam tulisannya bertajuk "Kepada Saudariku Para Muslimah";

Ditengah serangan Israel ke Libanon dan "perang melawan teror" yang dipropagandakan Zionis, dunia Islam kini menjadi pusat perhatian di setiap rumah di AS.

Aku menyaksikan pembantaian, kematian dan kehancuran yang menimpa rakyat Libanon, tapi aku juga melihat sesuatu yang lain; Aku melihat kalian (para muslimah). Aku menyaksikan perempuan-perempuan yang membawa bayi atau anak-anak yang mengelilingin mereka. Aku menyaksikan bahwa meski mereka mengenakan pakaian yang sederhana, kecantikan mereka tetap terpancar dan kecantikan itu bukan sekedar kecantikan fisik semata.

Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku; aku merasa iri. Aku merasa gundah melihat kengerian dan kejahatan perang yang dialami rakyat Libanon, mereka menjadi target musuh bersama kita. Tapi aku tidak bisa memungkiri kekagumanku melihat ketegaran, kecantikan, kesopanan dan yang paling penting kebahagian yang tetap terpancar dari wajah kalian.

Kelihatannya aneh, tapi itulah yang terjadi padaku, bahkan di tengah serangan bom yang terus menerus, kalian tetap terlihat lebih bahagia dari kami ( perempuan AS) di sini karena kalian menjalani kehidupan yang alamiah sebagai perempuan. Di Barat, kaum perempuan juga menjalami kehidupan seperti itu sampai era tahun 1960-an, lalu kami juga dibombardir dengan musuh yang sama. Hanya saja, kami tidak dibombardir dengan amunisi, tapi oleh tipu muslihat dan korupsi moral.

Perangkap Setan

Mereka membombardir kami, rakyat Amerika dari Hollywood dan bukan dari jet-jet tempur atau tank-tank buatan Amerika.

Mereka juga ingin membombardir kalian dengan cara yang sama, setelah mereka menghancurkan infrastruktur negara kalian. Aku tidak ingin ini terjadi pada kalian. Kalian akan direndahkan seperti yang kami alami. Kalian dapat menghinda dari bombardir semacam itu jika kalian mau mendengarkan sebagian dari kami yang telah menjadi korban serius dari pengaruh jahat mereka.

Apa yang kalian lihat dan keluar dari Hollywood adalah sebuah paket kebohongan dan penyimpangan realitas. Hollywood menampilkan seks bebas sebagai sebuah bentuk rekreasi yang tidak berbahaya karena tujuan mereka sebenarnya adalah menghancurkan nilai-nilai moral di masyarakat melalui program-program beracun mereka. Aku mohon kalian untuk tidak minum racun mereka.

Karena begitu kalian mengkonsumsi racun-racun itu, tidak ada obat penawarnya. Kalian mungkin bisa sembuh sebagian, tapi kalian tidak akan pernah menjadi orang yang sama. Jadi, lebih baik kalian menghindarinya sama sekali daripada nanti harus menyembuhkan kerusakan yang diakibatkan oleh racun-racun itu.

Mereka akan menggoda kalian dengan film dan video-video musik yang merangsang, memberi gambaran palsu bahwa kaum perempuan di AS senang, puas dan bangga berpakaian seperti pelacur serta nyaman hidup tanpa keluarga. Percayalah, sebagian besar dari kami tidak bahagia.

Jutaan kaum perempuan Barat bergantung pada obat-obatan anti-depresi, membenci pekerjaan mereka dan menangis sepanjang malam karena perilaku kaum lelaki yang mengungkapkan cinta, tapi kemudian dengan rakus memanfaatkan mereka lalu pergi begitu saja. Orang-orang seperti di Hollywood hanya ingin menghancurkan keluarga dan meyakinkan kaum perempuan agar mau tidak punya banyak anak.

Mereka mempengaruhi dengan cara menampilkan perkawinan sebagai bentuk perbudakan, menjadi seorang ibu adalah sebuah kutukan, menjalani kehidupan yang fitri dan sederhana adalah sesuatu yang usang. Orang-orang seperti itu menginginkan kalian merendahkan diri kalian sendiri dan kehilangan imam. Ibarat ular yang menggoda Adam dan Hawa agar memakan buah terlarang. Mereka tidak menggigit tapi mempengaruhi pikiran kalian.

Aku melihat para Muslimah seperti batu permata yang berharga, emas murni dan mutiara yang tak ternilai harganya. Alkitab juga sebenarnya mengajarkan agar kaum perempuan menjaga kesuciannya, tapi banyak kaum perempuan di Barat yang telah tertipu.

Model pakaian yang dibuat para perancang Barat dibuat untuk mencoba meyakinkan kalian bahwa asset kalian yang paling berharga adalah seksualitas. Tapi gaun dan kerudung yang dikenakan para perempuan Muslim lebih "seksi" daripada model pakaian Barat, karena busana itu menyelubungi kalian sehingga terlihat seperti sebuah "misteri" dan menunjukkan harga diri serta kepercayaan diri para muslimah.

Seksualiatas seorang perempuan harus dijaga dari mata orang-orang yang tidak layak, karena hal itu hanya akan diberikan pada laki-laki yang mencintai dan menghormati perempuan, dan cukup pantas untuk menikah dengan kalian. Dan karena lelaki di kalangan Muslim adalah lelaki yang bersikap jantan, mereka berhak mendapatkan yang terbaik dari kaum perempuannya.

Tidak seperti lelaki kami di Barat, mereka tidak kenal nilai sebuah mutiara yang berharga, mereka lebih memilih kilau berlian imitasi sebagai gantinya dan pada akhirnya bertujuan untuk membuangnya juga.

Modal yang paling berharga dari para muslimah adalah kecantikan batin kalian, keluguan dan segala sesuatu yang membentuk diri kalian. Tapi saya perhatikan banyak juga muslimah yang mencoba mendobrak batas dan berusaha menjadi seperti kaum perempuan di Barat, meski mereka mengenakan kerudung.

Mengapa kalian ingin meniru perempuan-perempuan yang telah menyesal atau akan menyesal, yang telah kehilangan hal-hal paling berharga dalam hidupnya? Tidak ada kompensasi atas kehilangan itu. Perempuan-perempuan Muslim adalah berlian tanpa cacat. Jangan biarkan hal demikian menipu kalian, untuk menjadi berlian imitasi. Karena semua yang kalian lihat di majalah mode dan televisi Barat adalah dusta, perangkap setan, emas palsu.

Kami Butuh Kalian, Wahai Para Muslimah !



Aku akan memberitahukan sebuah rahasia kecil, sekiranya kalian masih penasaran; bahwa seks sebelum menikah sama sekali tidak ada hebatnya.

Kami menyerahkan tubuh kami pada orang kami cintai, percaya bahwa itu adalah cara untuk membuat orang itu mencintai kami dan akan menikah dengan kami, seperti yang sering kalian lihat di televisi. Tapi sesungguhnya hal itu sangat tidak menyenangkan, karena tidak ada jaminan akan adanya perkawinan atau orang itu akan selalu bersama kita.

Itu adalah sebuah Ironi! Sampah dan hanya akan membuat kita menyesal. Karena hanya perempuan yang mampu memahami hati perempuan. Sesungguhnya perempuan dimana saja sama, tidak peduli apa latar belakang ras, kebangsaan atau agamanya.

Perasaan seorang perempuan dimana-mana sama. Ingin memiliki sebuah keluarga dan memberikan kenyamanan serta kekuatan pada orang-orang yang mereka cintai. Tapi kami, perempuan Amerika, sudah tertipu dan percaya bahwa kebahagiaan itu ketika kami memiliki karir dalam pekerjaan, memiliki rumah sendiri dan hidup sendirian, bebas bercinta dengan siapa saja yang disukai.

Sejatinya, itu bukanlah kebebasan, bukan cinta. Hanya dalam sebuah ikatan perkawinan yang bahagialah, hati dan tubuh seorang perempuan merasa aman untuk mencintai.

Dosa tidak akan memberikan kenikmatan, tapi akan selalu menipu kalian. Meski saya sudah memulihkan kehormatan saya, tetap tidak tergantikan seperti kehormatan saya semula.

Kami, perempuan di Barat telah dicuci otak dan masuk dalam pemikiran bahwa kalian, perempuan Muslim adalah kaum perempuan yang tertindas. Padahal kamilah yang benar-benar tertindas, menjadi budak mode yang merendahkan diri kami, terlalu resah dengan berat badan kami, mengemis cinta dari orang-orang yang tidak bersikap dewasa.

Jauh di dalam lubuk hati kami, kami sadar telah tertipu dan diam-diam kami mengagumi para perempuan Muslim meski sebagaian dari kami tidak mau mengakuinya. Tolong, jangan memandang rendah kami atau berpikir bahwa kami menyukai semua itu. Karena hal itu tidak sepenuhnya kesalahan kami.

Sebagian besar anak-anak di Barat, hidup tanpa orang tua atau hanya satu punya orang tua saja ketika mereka masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang. Keuarga-keluarga di Barat banyak yang hancur dan kalian tahu siapa dibalik semua kehancuran ini. Oleh sebab itu, jangan sampai tertipu saudari muslimahku, jangan biarkan budaya semacam itu mempengaruhi kalian.

Tetaplah menjaga kesucian dan kemurnian. Kami kaum perempuan Kristiani perlu melihat bagaimana kehidupan seorang perempuan seharusnya. Kami membutuhkan kalian, para Muslimah, sebagai contoh bagi kehidupan kami, karena kami telah tersesat. Berpegang teguhlah pada kemurnian kalian sebagai Muslimah dan berhati-hatilah !.



read more

Kavita, Putri Keluarga Hindu Ekstrim yang Masuk Islam

0 ulasan
Kavita lahir dari keluarga Hindu yang taat. Keluarganya adalah anggota Shiv Sena, sebuah organisasi pemeluk agama Hindu di India yang dikenal ekstrim dan radikal. Tak heran jika Kavita sama sekali tidak mengenal agama Islam, bahkan ibadah wajib kaum Muslimin yang disebut salat pun ia tidak tahu, sampai akhirnya ia menjadi seorang muslim dan ibadah salatlah yang membuatnya mencintai Islam.

Setelah memeluk Islam, ia mengubah namanya menjadi Nur Fatima. Kisahnya menjadi seorang muslim, melalui jalan panjang dan berliku. "Saya lahir dan menikah di Mumbai, India. Usia saya 30 tahun, tapi saya masih merasa seperti anak yang masih berusia lima tahun, karena pengetahuan saya tentang Islam masih sedikit, tidak lebih dari pengetahuan yang dimiliki anak usia lima tahun," kata Kavita atau Nur Fatima yang menyandang gelar master dari Universitas Cambrigde ini.

"Saya menyesal, karena selama ini saya cuma mengejar gelar kesarjanaan di dunia , tapi tidak melakukan apapun untuk kehidupan di akhirat kelak. Sekarang, saya ingin melakukan sesuatu untuk kehidupan di Hari Akhir nanti," ujar Nur Fatima yang dianugerahi dua putra ini.

Ditanya tentang bagaimana awalnya ia memilih menjadi seorang muslim, Nur Fatima menjawab dengan mengungkapkan rasa syukurnya pada Allah Swt. "Pertama kali, saya ingin mengucapkan syukur pada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Ketika Allah Swt. berkehendak, Ia akan memberikan pemahaman pada seseorang tentang agama Islam," tuturnya.

"Saya tumbuh di lingkungan orang-orang Hindu ekstrim yang sangat membenci orang-orang Islam. Saya memeluk Islam setelah menikah, tapi sejak remaja saya tidak senang dengan penyembahan terhadap patung-patung ..."

"Saya ingat, dulu pernah menaruh sebuah patung sesembahan ke dalam ruang untuk mencuci di rumah. Kakak saya menegur perbuatan itu dan saya menjawab, jika patung itu tidak bisa melindungi dirinya sendiri, lalu mengapa kita meminta perlindungan darinya? Apa yang diberikan patung itu pada kita?," kisah Nur Fatima mengingat masa kecilnya.

Ia mengatakan bahwa dalam keluarganya ada ritual dimana seorang anak perempuan, ketika menikah, harus mencuci kaki suaminya dan meminum air cuci kaki itu. Nur Fatima sejak awal menolak keras tradisi itu dan karenanya ia sering kena tegur keluarganya.

Sejak tinggal sendiri karena sekolah di luar negeri, Nur Fatima pernah sesekali mengunjungi sebuah Islamic Center. Dari pembicaraan yang sering ia dengar, ia jadi tahu bahwa kaum Muslimin tidak menyembah patung atau berhala tapi hanya menyembah apa yang kemudian ia ketahui disebut "Allah" Swt oleh kaum Muslimin.

Nur Fatima mengatakan bahwa ibadah salat yang membuatnya sangat terkesan dengan orang-orang Islam. "Awalnya saya tidak tahu bahwa ibadah yang mereka lakukan itu disebut salat. Tadinya saya pikir, mereka melakukan sejenis latihan kebugaran. Saya tahu ibadah yang mereka lakukan disebut salat ketika saya berkunjung ke Islamic Center itu," ujar Nur Fatima yang mengaku, sejak itu ia sering bermimpi berada di dalam sebuah ruangan empat dimensi, namun ia tidak tahu apa makna mimpi itu.

Setelah menikah dan menetap di Bahrain, Nur Fatima banyak belajar tentang Islam, apalagi lingkungannya adalah kaum Muslimin. Ia sering mengunjungi kenalan-kenalannya yang muslim. Pernah pada bulan Ramadan, sahabat muslimnya meminta Nur Fatima untuk tidak sering berkunjung karena sahabatnya itu merasa terganggu dengan kedatangan Fatima. Tapi Fatima meminta agar temannya itu tidak melarangnya datang ke rumah karena sebagai seorang yang baru masuk Islam, ia ingin mengamati apa saja yang dilakukan seorang muslim pada saat bulan Ramadan.

Sahabatnya lalu memperkenankan Fatima berkunjung selama bulan Ramadan, dan dari kunjungannya itu Fatima mengamati bagaimana sahabatnya salat dan membaca Al-Quran. Diam-diam, Fatima mengikuti gerakan salat meski saat itu ia tidak banyak tahu tentang salat dan bacaannya. Ia mengunci kamarnya saat melakukan semua itu. Tapi suatu ketika, ia lupa mengunci kamarnya dan suaminya menyaksikan apa yang dilakukan Fatima. Fatima tahu suaminya akan marah, awalnya ia merasa takut untuk menjelaskan, tapi akhirnya ia mendapatkan keberanian, entah darimana, untuk mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam dan yang ia lakukan adalah salat, kewajiban sebagai seorang muslim.

Suami Fatima murka mendengarnya, begitu pula saudara perempuan Fatima saat mendengar bahwa Fatima sudah menjadi seorang muslim. Keduanya memukuli Fatima sampai babak belur.

Setelah kejadian itu, Fatima tidak boleh menemuai siap pun dan ia dikunci di dalam kamar. Ketika itu, Fatima belum resmi menjadi seorang muslim, ia sendiri heran mengapa ia berani dengan tegas mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam pada suaminya.

Suatu malam, putera tertua Fatima yang masih berusia 9 tahun masuk ke kamarnya dan menangis. Anak lelakinya itu meminta ibunya untuk melarikan diri dari rumah, karena keluarga mereka berniat membunuh Fatima karena mengaku sudah masuk Islam.

"Saya tidak bisa melupakan momen yang berat itu ketika anak lelaki pertama saya membangunkan adiknya dan mengatakan, 'Bangun, mama akan pergi. Temuilah mama sekarang, karena tak ada yang tahu apakah mama akan bertemu kita lagi atau tidak'," kata Fatima.

"Anak kedua saya baru menemuai saya beberapa hari kemudian, ia bertanya apakah saya akan pergi dan saya cuma bisa mengangguk. Saya yakinkan dia bahwa kita akan bertemu lagi," sambung Fatima.

Di tengah malam gelap dan dingin, Fatima meninggalkan rumah dengan membawa dua cinta dalam hatinya. Cinta terhadap kedua puteranya dan cintanya pada Islam.

Fatima menuju sebuah kantor polisi. Beruntung, ada seorang petugas polisi yang mengerti bahasa Inggris. Setelah meminta istirahat sebentar, pada petugas polisi itu mengatakan bahwa ia pergi dari rumah karena ingin masuk Islam. Petugas polisi itu kemudian membantu Fatima dan memberikan tempat berlindung sementara di rumahnya. Fatima menolak untuk kembali pulang, ketika keesokan harinya suaminya datang ke kantor polisi dan mengatakan bahwa isterinya telah diculik.

Petugas polisi itu kemudian membawa Fatima ke rumah sakit untuk menjalani perawatan karena luka-luka yang dialaminya akibat pemyiksaan yang dilakukan suami Fatima. Setelah luka-lukanya sembuh, Fatima langsung mengunjungi sebuah Islamic Center terdekat. Di Islamic Center itu, ia melihat sebuah gambar tergantung di dinding. Saat itulah ia menyadari bahwa gambar itulah yang pernah hadir dalam mimpi-mimpinya. Seorang petugas Islamic Center mengatakan bahwa gambar itu adalah gambar Ka'bah.

Di Islamic Center itulah ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan Nur Fatima diangkat anak oleh pemilik Islamic Center itu. Ia kemudian dinikahkan dengan seorang lelaki muslim. Impiannya setelah resmi menjadi seorang muslim ketika itu adalah, segera pergi ke Baitullah dan menunaikan rukun Islam yang kelima.



read more

Pendeta Katolik, Menemukan Kebenaran Islam Saat Ramadan

0 ulasan
Sebelum memeluk agama Islam, ia adalah seorang pendeta agama Katolik Roma dan menjadi kepala bidan pendidikan agama di sekolah khusus anak laki-laki di selatan London. Bulan Ramadan menjadi bulan penuh kenangan bagi lelaki yang kemudian menggunakan nama Idris Tawfiq ini, karena pada bulan suci itulah ia menemukan Islam dan memeluk agama Islam hingga sekarang.

Di Inggris, kata Idris, semua siswa menerima pelajaran tentang enam agama utama yang dianut masyarakat dunia. Sebagai kepala bidang pendidikan agama, Idris yang ketika itu belum masuk Islam bertanggungjawab untuk memberikan mata pelajaran tentang agama Kristen, Yudaisme, Budha, Islam, Sikh dan Hindu. Ia hanya menjelaskan perbedaan keenam agama tersebut dan tidak mereferensikan siswanya untuk memeluk salah satu dari keenam agama tersebut.

Idris tentu saja harus membaca berbagai informasi tentang Islam sebelum memberikan pelajaran tentang agama Islam pada para siswanya. Karena pernah berkunjung ke Mesir dan melihat sendiri bagaimana kehidupan masyarakat Muslim, Idris mengaku respek dengan Muslim yang menurutnya ramah dan lembut. Di sekolahnya sendiri, sebagian siswanya adalah Muslim dan banyak dari mereka yang berasal dari negara-negara Arab.

Idris ingat, beberapa hari sebelum bulan Ramadan, beberapa siswanya yang Muslim mendekatinya dan bertanya apakah mereka bisa menggunakan kelas Idris untuk keperluan salat, kebetulan kelas tempat Idris mengajar berkarpet dan memiliki wastafel. Meski peraturan sekolah di Inggris saat itu tidak memberi ijin siswa untuk melaksanakan peribadahan di sekolah.

Idris mengijinkan permintaan siswanya itu. Tapi kepala sekolah mengharuskan seorang guru hadir untuk mengawasi kelasnya saat digunakan untuk salat. "Saya belum menjadi seorang muslim ketika itu, tapi Allah bekerja dengan caranya yang sangat istimewa, memberikan contoh-contoh sederhana dalam kehidupan untuk membuat keajaiban dalam hidup kita," tukas Idris.

Maka, selama bulan Ramadan itu, pada waktu makan siang, Idris duduk di belakang menyaksikan siswanya yang Muslim salat dzuhur, ashar dan salat jumat berjamaah. Apa yang dilihatnya ternyata menjadi pembuka jalan bagi Idris untuk mengenal Islam. Idris jadi tahu bagaimana seorang Muslim salat dan ia bisa mengingat beberapa bacaan salat meksi ia tak paham artinya. Oleh sebab itu, usai Ramadan, Ia tetap membolehkan siswanya yang Muslim untuk salat di dalam kelasnya sampai Ramadan tahun berikutnya.

Kali ini, Idris yang masih belum masuk Islam, ikut berpuasa sebagai bentuk solidaritas terhadap siswanya yang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Ketika itulah keinginannya untuk masuk Islam semakin kuat dan setelah bulan Ramadan itu, Idris memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, menjadi seorang Muslim.

"Alhamdulillah, saya menjadi seorang muslim. Tapi itu cerita lain. Apa yang dicontohkan para siswa saya yang Muslim telah membawa saya menjadi seorang muslim. Sejak itu, saya ikut salah berjamaah bersama mereka, sebagai soerang mualaf," ungkap Idris.

Ramadan tahun berikutnya adalah Ramadan pertama bagi Idris sebagai seorang Muslim. "Ramadan pertama itu sangat istimewa. Di akhir bulan Ramadan, saya bersama para siswa menggelar buka puasa bersama. Untuk meraih malam Lailatul Qadar, saya bersama para siswa itikaf di sekolah," kenang Idris tentang Ramadan pertamanya.

Usai jam sekolah saat Ramadan, sambil menunggu waktu berbuka, Idris dan para siswanya yang Muslim menyaksikan film bersama tentang kehidupan Rasulullah Saw. Usai salat maghrib berjamaah, mereka membuka bekal makananan dan minuman masing-masing yang dibawa dari rumah dan saling berbagai dengan yang lainnya.

Saat Idris menjalankan ibadah puasa Ramadan pertamanya sebagai Muslim, ketika itu masyarakat Inggris sedang dilanda Islamofobia karena baru saja terjadi peristiwa serangan 11 September 2001 di AS. Banyak warga Inggris yang curiga pada Islam dan Muslim. Tapi alhamdulillah, beberapa guru non-Muslim di sekolahnya datang dan mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Kepala sekolah bahkan membawakan mereka kurma untuk berbuka, karena dari siswanya yang Muslim ia tahu bahwa Rasulullah Muhammad Saw selalu berbuka dengan makan kurma.

Idris mengakui, menjalankan ibadah puasa Ramadan di negara non-Muslim tidak mudah. "Seringkali kita menjadi satu-satunya orang yang berpuasa. Setelah berbuka, tidak ada kegiatan istimewa apalagi kalau letak masjid sangat jauh," ujar Idris.

"Tapi, malam-malam di Ramadan pertama saya sebagai muslim adalah malam yang sangat istimewa yang tidak akan saya lupakan. Saya bisa menyampaikan pesan Islam pada semua yang hadir disana bahwa Ramadan adalah bulan yang penuh kegembiraan dan penuh persaudaraan yang sangat menyentuh hati kita, Alhamdulillah," tukas Idris menutup kisah pengalaman Ramadan pertamanya sebagai seorang yang baru masuk Islam.



read more

Kajian Bawa Paderi Kepada Islam

0 ulasan
Kajian Bawa Paderi Kepada Islam

KALIMAH Allah bukanlah kalimah yang menjadi satu sebutan atau seruan mahupun satu panggilan bagi tuhan semata-mata. Ini kerana kita mesti sepakat bersetuju ia merupakan nama yang melambangkan akidah (iman kepercayaan) atau agama bagi orang yang menggunakannya.

Lantas apa layaknya kalimah itu menjadi satu bahan kontroversi sedangkan yang jelas jika mahukan Allah itu sebagai panggilan kepada tuhan yang disembah, maka jawabnya Islam, titik! Tidak perlu ada dakwa dakwi lagi terhadap itu.

Namun setiap yang berlaku, agenda 'perkongsian' nama Allah kebelakangan ini pasti ada hikmah yang tersendiri.

Ini kerana setiap kali apa juga mengenai Islam menjadi polemik kepada pelbagai pihak menyebabkan ramai yang ingin mengenali agama itu secara lebih dekat.

Akhirnya apabila mereka mendapati agama itu begitu rasional dan penuh dengan kebenaran yang tidak sekadar bersandarkan fakta-fakta dari hujah dan penyelidikan manusia tetapi sumber-sumber wahyu yang sangat sahih, iaitu al-Quran itu sendiri maka ramailah yang terbuka untuk menjadikan Islam itu sebagai agama untuk dianuti.

Sekalipun mereka yang sudah cukup alim dalam agama asal masing-masing, sama ada Nasrani, Yahudi, Buddha dan sebagainya sejak dahulu sehingga sekarang, akhirnya ramai yang tunduk kepada kebenaran Islam.

Sebagaimana yang terjadi pada Reverend David Benjamin Keldani yang lahir tahun 1867 di Urmia, Parsi (Barat Laut Iran). Setelah memeluk Islam, namanya ditukar kepada Abdul Ahad Dawud.

Beliau ialah mantan pendita (paderi) Roman Khatolik dan pernah menjadi tenaga pengajar paderi-paderi utama (Arbischop) Misi Canterbury untuk Kristian Syria (Nestorian) di Urmia.

Sebelum menemui cahaya Islam dan memeluk agama itu secara rasmi pada tahun 1903 pada usia 37 tahun, Keldani begitu membuktikan pencapaian yang tinggi sebagai paderi.

Pada tahun 1892 beliau satu-satunya paderi yang mampu menulis rangkaian makalah agama di The Tablet iaitu mengenai Pentateuch yang sahih.

Pentateuch adalah nama bagi lima buku (kitab) Pertama dalam Perjanjian Lama, iaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.

Lalu beliau menikmati pelbagai anugerah, menjadi duta dan wakil gereja serta sentiasa dijadikan rujukan utama dan menulis pelbagai risalah, makalah termasuk di akhbar seperti The Levant Herald dan majalah berkala dalam bahasa Syria, Qala-la-Syara (Suara Kebenaran).

Sehinggalah beliau menyampaikan khutbah terakhirnya di Katedral Khorovabad St. George pada tahun 1900.

Ini kerana hakikat yang tidak boleh dinafikan, terlalu banyak keistimewaan Keldani terhadap perkembangan dan ajaran agama Kristian sepanjang bergelar paderi.

Pengetahuan dan kepakaran yang beliau miliki dalam mempertahankan ajaran-ajaran Kristian begitu disegani lawan dan kawan.

Namun ada kalanya meninggalkan rasa tidak senang hati kepada pihak-pihak tertentu. Ini apabila Keldani akhirnya dapat mencium banyak kepincangan dan penyelewengan ajaran-ajaran Kristian yang dilakukan oleh pihak gereja itu sendiri.

Beliau mula dihurung dengan pelbagai pertanyaan dan pertanyaan besar yang kian berkecamuk dalam benak pendeta ini semakin ke kemuncaknya apabila beliau tidak dapat menahan persoalan: "Apakah agama Kristian, dengan banyak sekali bentuk dan warnanya dan dengan naskhah-naskhah sucinya yang tidak autentik, palsu dan menyimpang, adalah agama Tuhan yang sejati?"

Ini menyebabkan selama sebulan beliau menghabiskan dengan melakukan sembahyang, meditasi, membaca berulang-ulang naskhah suci dan teks-teks aslinya.

Maka krisis dalaman beliau itu berakhir dengan surat pengunduran secara rasmi dikirimkan kepada Uskup Agung Urmia bagi melepaskan fungsi beliau sebagai paderi.

Pada tahun 1903 ketika mengunjungi Istanbul, Turki yang memberikannya peluang bertemu dan serius berbicara dengan seorang ulama Islam yang bernama Jamaluddin Effendi dan beberapa ulama yang lain, secara rasminya bekas paderi ini akhirnya memeluk Islam.

Menurut Abdul Ahad, perpindahan beliau kepada Islam tidak lain kerana hidayah Allah.

"Tanpa bimbingan-Nya, semua pengetahuan, penelitian untuk menemui kebenaran ini mungkin hanya akan membawa kepada kesesatan sahaja." katanya.

Begitu juga beliau juga mengakui keesaan mutlak tuhan, maka Nabi Muhammad SAW pun menjadi pola dan contoh sikap dan perilakunya dalam hidup.

"Tindakan saya memeluk Islam ini sama sekali bukan bertujuan atau mempunyai niat menyakiti sahabat-sahabat kalangan beragama Kristian.

"Ini kerana saya turut mengasihi Jesus (Nabi Isa), Moses (Musa) dan Abraham (Ibrahim) sebagaimana saya mengasihi Nabi Muhammad dan kesemua nabi yang dilantik oleh Allah," katanya.

Menurutnya, selagi umat Kristian tidak dapat mengakui keesaan Allah, Allah yang satu atau menafikan tuhan itu satu, malah sebenarnya dua dan tiga (Anak Tuhan dan Ruhul Kudus) maka selagi itulah penyatuan ummah antara Kristian dan Islam tidak akan berlaku sampai bila-bila.

Kata beliau, jika ke-Esaan Allah dapat diterima dalam hakikat yang sebenar dan diiktiraf maka segala perbezaan antara dua kepercayaan ini dapat ditemui jalan penyelesaiannya.

"Ini kerana, kita hanya akan membuang masa andai hendak menentukan atas nama Allah, tuhan siapa yang benar, milik Islam atau Kristian?

"Ini kerana jika mereka mengetahui melalui Scriptures dari Original Hebrew, mereka dengan jelas mendapati bahawa Allah di sini adalah yang sama, iaitu bahasa Semitik purba iaitu nama Tuhan Yang Maha Agung yang menyampaikan wahyu dan bercakap kepada Nabi Adam dan nabi-nabi yang lain juga.

"Ini bermakna kita menyembah tuhan yang sama, tetapi Allah hanya satu-satunya yang keberadaannya tunggal untuk disembah. Maha Mengetahui, Maha Berkuasa yang kekuasaannya meliputi segala penjuru alam. Allah adalah Maha Pencipta, Pengatur Alam dan Pemerintah seluruh alam semesta," jelasnya.

Inilah kata Abdul Ahad yang dilakukan selama 17 abad lamanya bagi pihak Gereja Kristian untuk menubuhkan cawangan The Trinitarian (Tritunggal), memerah segala pemikiran dan tenaga bagi mendefinisikan pati dan tubuh 'tuhan'.

"Tetapi apa yang mereka dapat?," soal beliau.

"Saya hanya ingin mengingatkan kepada umat Kristian tiada maknanya mengakui bahawa Allah itu sebagai tuhan walaupun mereka mendakwa mempercayai sepenuhnya keesaan tuhan.

"Tetapi dalam masa yang sama mempunyai kepercayaan terhadap tiga tuhan. Mereka sebenarnya masih tidak mempunyai kepercayaan yang benar-benar suci terhadap Allah," katanya.

Jelas Abdul Ahad, Allah tetap tuhan yang satu, Nabi Isa hanyalah nabi suruhan Allah dan pihak ketiga merupakan salah satu dari roh suci yang melaksanakan perintah dan suruhan dari Allah.

(Dalam satu dialog lain bersama paderi Kristian, Abdul Ahad menyifatkan Ruhul Kudus sebagai atribut yang suci tetapi tidak pernah sebagai seorang peribadi yang suci)

Mungkin anda perlu mendapatkan karya Abdul Ahad yang paling popular, yang diterbitkan pada tahun 1928; Menguak Misteri Muhammad (Muhammad in the Bible) bagi mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari bekas paderi ini.

Mungkin penghijrahan seperti inilah. ada pihak tidak mahu lagi disifatkan mereka sebagai memeluk Islam (convert).

Mereka bukannya memeluk agama yang baru, mereka mahu dikenali sebagai revert (kembali) iaitu kembali kepada ajaran yang benar.

Mereka yang dahulunya Kristian dan kini menerima Islam kerana kepatuhan kepada ajaran nabi Isa a.s itu apabila di dalam kitab Injil itu sendiri disebutkan mengenali kehadiran Ahmad atau Muhammad (nabi) yang meneruskan ajaran dari tuhan yang sama, iaitu Allah!



read more

Solat Jumaat 'Hidayah' Dr. Crane

0 ulasan
Solat Jumaat 'Hidayah' Dr. Crane

Dr. Robert Farook Dickson Crane

BELIAU dapat 'membaca' sesuatu ekoran perlumbaan kuasa tentera dan senjata antara dua kuasa besar Amerika Syarikat (AS) dan Rusia. Lazimnya AS akan menundukkan mana-mana kuasa lain yang cuba bersaing. Apatah lagi cuba mengatasi kehebatan teknologi persenjataan yang dimilikinya.

Bagaimanapun, agak pelik apabila pada suatu hari Rusia memperkenalkan teknik-teknik senjata yang lebih moden dan canggih sehingga melibatkan ruang angkasa di sebuah negara sekutu Rusia, iaitu Cuba, menyebabkan AS menggelabah.

Sudah tentu AS tidak senang duduk kerana bimbang Cuba dijadikan pangkalan tentera baru kepada Rusia untuk menyerang negara kuasa besar itu.

"Apabila Rusia memberi jaminan akan menarik balik segala kemudahan ketenteraan di Cuba tentu sahaja ia adalah syarat yang mesti dipenuhi oleh AS bahawa mereka sama sekali tidak boleh menganggu pemimpin Cuba, Fidel Castro dalam usaha berterusan AS menjatuhkan pemimpin itu.

"Jika mereka masih berkeras memburu dan menjatuhkan Castro, maka alamatnya segala kemudahan tentera di Cuba akan 'dihidupkan' untuk menyerang AS. Begitulah liciknya Rusia dalam memberi jaminan pengaruh komunis di Cuba tidak akan mengancam AS," tulis Robert Dickson Crane dalam satu artikel mengulas strategi perang psiko antara AS dan Rusia.

Crane ketika itu adalah pelajar di Fakulti Undang-undang Universiti Harvard. Tanpa disangka artikel itu dibaca oleh bekas Presiden AS, Richard Nixon ketika dalam penerbangan dari California ke New York.

"Sejurus mendarat di lapangan terbang, iaitu pada Januari 1963, Nixon terus memanggil saya dan bertanya sama ada saya sedia menjadi penasihatnya untuk urusan politik luar negara," kata Crane.

Begitulah bertuahnya Crane natijah tulisannya itu yang berjaya menarik minat Presiden AS yang ke-37 itu untuk menjawat tugas yang cukup mencabar iaitu dari tahun 1963 sehingga 1968. Kemudian beliau dilantik sebagai Pengarah di Dewan Keamanan Kebangsaan.

Sepanjang dunia kerjayanya, semasa pemerintahan Presiden Ronald Reagan pula Crane menjadi Duta Besar di Emiriah Arab Bersatu (UAE).

Semua tugas tersebut memberi cabaran yang getir namun berbaloi kerana menggabungkan pelbagai pengetahuan dan pengalaman yang cukup berharga kepada Crane.

Tugasnya sebagai Penasihat Luar tersebut membawa Crane terlibat secara langsung dengan pelbagai persoalan dan pergolakan politik yang berlaku di dunia luar AS.

Beliau sedaya upaya memberi nasihat yang terbaik kepada Presiden apa yang terbaik dilakukan untuk polisi dan dasar luar mereka.

Namun amatlah penting bagi Crane membaca banyak bahan bacaan, iaitu tentu sahaja buku-buku, artikel dan jurnal. Ini membuatkan beliau turut membedah topik-topik agama dan mesti mengambil tahu mengenai apa juga agama terutama Islam.

"Saat itu saya telah membaca sedikit mengenai Islam kerana saya mula terfikir untuk menjadikan Islam itu 'rakan' sekutu kepada AS yang paling kuat untuk tempoh paling lama semata-mata untuk melawan pengaruh dan kuasa komunis.

Prejudis

"Ini kerana kami (saya dan Nixon) menganggap komunis sebagai ancaman kepada dunia," tuturnya ikhlas.

Begitu pun sebenarnya Crane mempunyai pemikiran yang sangat kotor mengenai Islam. Ia berpunca daripada sikapnya yang prejudis dan tidak pernah mengambil serius ajaran sebenar Islam.

"Yang saya tahu mengenai Islam hanyalah setiap Muslim yang baik harus membunuh penganut Kristian dan syurga bagi agama Islam ini tidak ubahnya seperti rumah pelacuran.

"Saya tidak pernah berminat mempelajari dan mengenali agama ini kerana bagi saya, Islam sebuah agama yang primitif," katanya.

Namun Crane akhirnya 'menjilat air ludahnya sendiri'. Islam yang dikatakan kotor dan menjijikkan itu akhirnya menjadi agama anutannya sehingga beliau kini dikenali sebagai Dr. Robert Farook Dickson Crane.

Semuanya bermula ketika beliau dan isteri berada di Bahrain iaitu pada musim panas 1977. Walaupun dalam keadaan suhu yang panas, cuaca yang cerah dan cantik membolehkan Crane dan isterinya bersiar-siar melihat Istana lama di Al Muharraq, iaitu sebuah kota dagang tertua di dunia.

Namun Crane dan isterinya itu terpaksa melalui lorong-lorong yang sempit dan bersimpang siur.

Akhirnya seperti yang diduga pasangan ini tersesat jalan sehingga mereka bingung tidak tahu arah mana hendak dituju walaupun berada di tengah-tengah orang ramai.

Ditakdirkan tuhan, secara tiba-tiba muncul lelaki tua yang menawarkan bantuan kepada Crane dan isteri. Pasangan tersebut kemudiannya menerima pelawaan ke rumah lelaki itu untuk berehat.

Di rumah orang tua ini, Crane dan isteri begitu gembira kerana mendapat layanan yang cukup baik dan mesra. Mereka juga dihidangkan pelbagai makanan yang enak.

"Namun yang sukar dilupakan apabila kami berbicara pelbagai perkara lebih-lebih lagi orang tua itu seorang Islam. Yang menariknya kami lebih bicarakan mengenai isu-isu yang baik-baik dan buruk-buruk yang berlaku di dunia ketika itu.

"Ia termasuk peranan tuhan terhadap manusia tanpa sedikit pun orang tua itu menyelitkan perihal Islam. Sejak pertemuan itu, ia sangat meninggalkan kesan kepada saya untuk mengenali apakah Islam yang sebenar," katanya.

Orang tua itu berjaya membuat Crane tertanya-tanya mengenai Islam. Sebabnya, perilaku dan tahap pemikirannya bukan seperti yang selalu dianggap mengenai Islam dan para penganutnya sebelum ini.

Sehinggalah pada tahun 1980, Crane berpeluang mengikuti persidangan antarabangsa mengenai gerakan Islam di New Hampshire. Ia dihadiri oleh pemimpin-pemimpin besar gerakan Islam utama dunia.

"Pada tengah hari Jumaat itu saya mengekori mereka yang saya sangka masing-masing menuju untuk menikmati makan tengah hari.

"Namun, rupa-rupanya mereka hendak solat Jumaat di sebuah ruang bangunan yang dikosongkan dan hanya ditutupi permaidani.

Harus Bersujud

"Pada mulanya saya ingin berpatah balik tetapi bimbang perbuatan itu akan menyinggung mereka lalu saya duduk di belakang para jemaah dan menunggu mereka solat," katanya.

Ketika itu yang menjadi imam solat ialah tokoh terkemuka gerakan Islam dari Sudan, iaitu Hassan At Turabi.

"Ketika itulah saat yang begitu menggetarkan perasaan saya dan hampir-hampir menitiskan air mata apabila Hassan berjaya membawa dirinya dan seluruh jemaah sama-sama sujud kepada Allah.

"Walhal beliau seorang yang amat dihormati dan disegani. Jika beliau dapat sujud kepada Allah, bererti beliau berpuluh kali lebih baik daripada saya.

"Saat itu saya memutuskan saya juga harus bersujud sebagai tanda penyerahan diri kepada Allah yang Maha Berkuasa yang menciptakan manusia dan seluruh alam ini," katanya.

Crane ialah salah seorang tokoh yang akan menyampaikan syarahan di Konvensyen Kesatuan Islam Antarabangsa anjuran Yayasan Ramadan di Kuala Lumpur pada 20 dan 21 Oktober ini.

Beliau akan berkongsi lebih banyak pengalaman sejak bergelar Islam dan memegang pe lbagai jawatan penting untuk pertubuhan Islam di Amerika.

Turut menyampaikan syarahan ialah tokoh terkemuka Islam dari Syria, Dr. Muhammad Saeed Ramadan Al-Bouti, mantan Perdana Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad dan ramai lagi tokoh Islam yang lain.



read more

Shah Kirit Solat Secara Sembunyi

0 ulasan
Shah Kirit Solat Secara Sembunyi

PADA asalnya, niat Shah Kirit Kakulal Govindji ingin memeluk agama Islam ialah hanya dengan satu tujuan iaitu untuk berkahwin dengan seorang gadis Melayu.

Namun kini, dia bukan sahaja telah menjadi seorang Muslim yang soleh tetapi pada masa sama menjadi Ketua Pegawai Dakwah Islamic Information & Services Foundation, sebuah organisasi dakwah untuk memberi informasi mengenai agama Islam yang terletak di Taman Setiawangsa, Kuala Lumpur.

Shah Kirit juga menjadi pengurus syarikat penerbitan, Saba Islamic Media Sdn. Bhd. cawangan Maju Junction. Selepas mengahwini gadis pilihannya itu dia dan isteri menetap di rumah keluarganya di Jalan Ipoh, Kuala Lumpur.

Namun bagaimanakah Shah Kirit, seorang yang berketurunan India boleh berubah sepenuhnya daripada kehidupan asalnya berbanding kini? Berdepan dengannya di Saba Islamic Media cawangan Taman Setiawangsa, dia berkongsi kisah hidupnya.

Tertarik kerana kecantikan

“Saya bersekolah sehingga tingkatan enam di sebuah sekolah menengah di Kuala Lumpur. Sebaik sahaja menamatkan pengajian, saya bekerja di sebuah syarikat pemasaran swasta yang mempunyai pekerja berbilang kaum termasuk Melayu.

“Saya tertarik dengan seorang gadis Melayu di tempat kerja saya itu kerana kecantikannya. Namun, pada masa yang sama saya sering mengingatkan diri supaya jangan bercinta dan berkahwin dengan gadis berlainan kaum.

“Tapi saya amat mencintainya sehingga pernah terfikir ingin berhijrah ke negara lain untuk berkahwin dengan gadis tersebut. Buntu dengan perkara ini saya berjumpa dengan beberapa orang ustaz.

“Tetapi sebilangan daripada mereka menggalakkan saya untuk memeluk agama Islam yang mana saya dituntut supaya solat lima waktu, berpuasa dan membayar zakat hingga menyebabkan saya takut dan gusar,” katanya.

Menurutnya lagi, pendekatan bagi orang bukan Islam memeluk agama Islam perlu diubah kerana mereka memerlukan masa untuk mendalami Islam dan mengamalkan cara hidup agama itu dengan sempurna.

“Hati saya bagaimanapun ketika itu masih belum tergerak sepenuhnya untuk memeluk Islam sehinggalah saya berjumpa dengan pendakwah dari Pertubuhan Kebajikan Islam Malaysia (Perkim) cawangan Perak, Ustaz Ali Chin.

“Ustaz Ali sanggup mengorbankan masanya untuk berjumpa dengan saya setiap hari sambil menceritakan soal akidah dan ketuhanan menyebabkan hati ini tersentuh dengan Islam.

“Selain itu, Ustaz Ali turut menceritakan bagaimana Allah mencipta manusia di samping menasihatkan saya belajar secara beransur-ansur untuk memahami Islam,” ujar anak sulung daripada lima beradik itu.

Tidak berani berterus-terang

“Keluarga dapat menghidu hasrat saya untuk memeluk Islam dan langsung tidak bersetuju dengan hasrat saya itu tetapi berkat kesabaran Ustaz Ali berdakwah kepada saya serta hidayah Allah, akhirnya pada bulan Ramadan 1996 semasa berusia 30 tahun saya sah memeluk Islam.

“Tetapi saya sembunyikan perkara itu daripada keluarga. Apabila balik ke rumah keluarga, saya solat secara bersembunyi dan mengamalkan ajaran Islam dengan agak terhad.

“Bagi adik-adik saya, mereka menerima keadaan saya masa itu kerana hormatkan saya sebagai abang sulung. Tetapi saya tidak berani memberitahu ibu dan bapa saya,” katanya yang enggan mendedahkan nama isterinya itu.

Keadaan itu membuat Shah Kirit agak tertekan sehingga pernah terfikir untuk bersolat di bilik mandi rumah keluarganya itu.

“Tidak lama selepas itu, saya mengambil keputusan untuk berkahwin dengan gadis pilihan walaupun tidak dipersetujui keluarga selain memberitahu saya telah menjadi penganut agama Islam.

“Tentunya keluarga agak marah semasa itu tetapi Allah memberikan akal fikiran untuk kita berfikir. Sebelum saya membawa isteri berjumpa keluarga, saya ajar dia serba sedikit bahasa Tamil, memakai baju Punjabi tetapi bertudung, budaya serta makanan orang India.

“Gementar saya sewaktu membawa isteri saya berjumpa keluarga buat pertama kali. Tetapi syukur penerimaan mereka amat baik dan cukup terkejut apabila isteri saya tahu serba sedikit kebudayaan dan cara hidup kami sekeluarga.

“Malah, sepanjang tiga hari berada di rumah keluarga saya, isteri saya dilayan dengan sepenuh kasih sayang sehingga mereka lebih sayangkan dia menyebabkan saya berasa iri hati pula,” katanya diiringi ketawa.

Transformasi hidup

Shah Kirit yang lebih senang mengekalkan nama asalnya kini sibuk dengan undangan berceramah mengenai al-Quran dan sains, wanita dan soal akidah Islam sehingga pernah dalam sehari menerima tiga jemputan berceramah pada waktu yang sama.

“Dulu hidup saya kosong tetapi kini saya hidup semata-mata untuk mencapai keredaan Allah.

“Jika dulu saya menganggap kematian itu satu perkara menakutkan tetapi apabila saya bersungguh-sungguh mempelajari Islam, barulah saya sedar sebenarnya perkara itu akan dilalui semua orang,” tuturnya yang turut menerima jemputan berceramah di Indonesia, Singapura, dan Bangladesh.

Dia juga bersyukur kerana sepanjang berceramah lebih lapan tahun, terdapat beberapa orang peserta ceramahnya yang menganut agama Islam kerana tertarik dengan isi ceramahnya.

“Hidayah itu Allah sendiri yang beri tetapi dalam masa sama kita tidak boleh berdiam diri tanpa berusaha kerana usaha dakwah itu wajib bagi setiap individu Islam.

“Walaupun saya pernah menerima surat layang menuduh saya ingin mengejar pangkat, nama dan glamor seperti penceramah agama terkenal sedia ada, namun saya tidak mempedulikannya,

“Ini kerana saya yakin Islam itu hadir sebagai penyelesaian kepada setiap masalah umat manusia,” bicaranya.


read more

Tuhan Yang Satu Muhammad Fitri Temui Dalam Islam

0 ulasan


Tuhan Yang Satu Muhammad Fitri Temui Dalam Islam

 KELUARGA bahagia Muhammad Fitri dan Nazreen Kamal Basha bersama ibu mentua, Rupyah dan anak-anak mereka.

PENGARAH Unit Dakwah di Persatuan Kebajikan dan Pengubatan Islam Malaysia, Muhammad Fitri Abdullah, 42, sejak tiga tahun lalu mempunyai ceritanya yang tersendiri tentang kisah pengislaman beliau.

Berkongsi pengalaman silam beliau kira-kira 15 tahun lalu, kata anak kelahiran Banting, Selangor ini, dia tidak pernah menyangka pencariannya berhubung konsep keesaan Tuhan atau Tuhan Yang Satu yang ditemui dalam kitab-kitab lama agama Hindu, hanya terjawab dalam agama Islam.

Itupun selepas hampir lapan tahun mencarinya dalam agama anutannya sendiri dan agama Kristian. Akui Pengerusi Perkim Cawangan Serendah ini lagi, pencarian agak panjang ini berpunca daripada sikap egonya yang enggan menerima kenyataan bahawa Islam mampu menjawab segala kemusykilan yang memberati diri.

“Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga yang berpegang kuat kepada agama Hindu. Hakikatnya, agama tersebut bukan sekadar ikutan kerana di samping disediakan guru oleh ibu bapa, saya sendiri belajar mendalami lagu-lagu dan muzik keagamaan Hindu.

“Keseriusan ini sekali gus melayakkan saya menjadi pengajar serta penceramah seawal usia 19 tahun. Pembelajaran secara mendalam selok-belok agama ini secara tidak langsung memberi peluang kepada saya mengkaji kitab Veda.

“Dari situlah saya temui konsep Keesaan Tuhan yang turut disebutkan di dalam kitab-kitab lain berbahasa Tamil. Pada masa itulah timbul persoalan dalaman dan kehendak membuak-buak untuk mencari Tuhan Yang Satu. Apatah lagi, perbuatan yang dilakukan selama ini bertentangan dengan konsep tersebut,” terang Muhammad Fitri yang juga merupakan Pendakwah sepenuh masa dengan Perkim sewaktu ditemui di ibu pejabat Perkim, Jalan Ipoh, Kuala Lumpur baru-baru ini.

Meneruskan ceritanya, Muhammad Fitri yang juga merupakan Perunding Latihan sebuah syarikat kewangan Islam swasta di ibu kota berkata, pada usia 27 tahun semasa bekerja di sebuah bank di Petaling Jaya, Selangor, beliau pernah terdengar ceramah agama dalam rancangan Forum Perdana Ehwal pada Khamis malam Jumaat di Saluran 1, Radio Televisyen Malaysia (RTM).

Sayangnya, ceramah yang disampaikan oleh salah seorang panel itu iaitu Datuk Dr. Harun Din bukannya mengundang minatnya kepada Islam malah menimbulkan perasaan marah yang tidak terhingga.

Ungkapan berbunyi: “Kalau niat baik, amalan baik, sentiasa bersedekah tetapi selagi dia tidak beriman, itu semua bukan dikira ibadah dan Allah tidak menerima amalannya.”

“Telinga saya berdesing mendengar kata-kata itu. Ia satu kenyataan yang begitu provokasi. Perasaan marah, geram, kecewa silih berganti. Ungkapan itu berlegar-legar dalam fikiran saya.

“Sebulan kemudian, saya terlihat kemalangan di mana mangsa menemui ajal. Pada saat itu, secara spontan ungkapan di atas muncul dalam kotak fikiran saya. Hakikatnya, semakin saya cuba melupakannya, semakin kerap ia hadir dalam fikiran.

“Semenjak insiden itu, saya hilang konsentrasi kerana sering memikirkan hal tersebut. Saya cuba mencari alternatif iaitu dengan pergi ke gereja. Harapan saya mencari jawapan kepada Tuhan Yang Satu,” akui Muhammad Fitri.

Tambah anak kelima daripada enam adik-beradik ini, dalam keadaan diri penuh persoalan yang belum terjawab, beliau pernah ditanya oleh pelanggannya, Haji Manab akan agama kepercayaannya. Secara berseloroh, balas Muhammad Fitri, “Saya belum Islam tetapi sedang mencari Tuhan dan belum berjumpa lagi.”

“Saya langsung tidak terasa terkilan dengan pertanyaan itu kerana ucapan seperti alhamdulillah, bismillah, alhamdulillah dan insya-Allah sentiasa meniti di bibir saya.

“Malah apabila dia mendengar jawapan saya, Haji Manab mengesyorkan agar saya pergi ke beberapa institusi agama seperti Islamic Outreach ABIM, Perkim dan Pusat Islam. Walau bagaimanapun, dia mempelawa saya bertema seorang tokoh agama yang baru pulang dari Mekah.

“Lantaran itu, pada malam Jumaat, saya mengikutnya ke satu usrah yang diadakan di Seksyen 14, Petaling Jaya. Saya bersetuju bukan kerana untuk mencari jawapan yang selama ini membayangi fikiran tetapi sekadar menjaga hati pelanggan, tidak lebih daripada itu.

“Semangat jemaah yang hadir sewaktu melaksanakan solat Maghrib bagai ada kuasa yang menarik untuk saya ikut serta solat berjemaah biarpun mengikutinya di saf paling belakang. Perbuatan mereka itu menunjukkan satu cara yang paling berdisiplin malah sepanjang majlis itu, amalan berzikir, bacaan Yasin begitu menarik hati saya. Selain, layanan tuan rumah, Haji Zain dan Hajah Seha membuatkan saya tidak rasa tersisih,” kata Muhammad Fitri mengakui usrah itu bukanlah yang terakhir dihadirinya tetapi menjadikannya salah seorang jemaah setia.

Kupasan penceramah malam itu menerusi kitab, Dosa-dosa Besar yang dibeli di Mekah terutamanya menyentuh soal mensyirikkan Allah, seolah-olah ia ditujukan tepat kepadanya.

Dua jam terasa begitu cepat berlalu malah beliau tidak pernah mendengar penerangan yang begitu teliti sekali gus menyedarkannya bahawa apa yang dipercayai selama ini terbukti salah.

“Selesai beberapa siri usrah, saya berkeyakinan dengan agama yang baru dikenali ini. Lantas saya luahkan keinginan untuk memeluk agama Islam. Manab membawa saya berjumpa dengan penceramah itu di Universiti Kebangsaan Malaysia, tempat beliau mengajar.

“Beliau menasihatkan saya agar pengislaman dilakukan pada malam usrah. Maka pada tarikh 8 Ogos 1991 sahlah saya bergelar Muslim. Kebetulan detik bersejarah itu adalah hari kelahiran saya yang ke-28.

“Sehingga pada detik itu iaitu semasa berbuka puasa apabila saya berbuka bersama insan istimewa yang mengislamkan saya barulah saya teringat kembali orang yang membuat ungkapan provokasi satu masa dahulu, itu sebenarnya adalah Harun Din yang berada di depan mata saya,” terangnya bersyukur kerana berjaya mengharungi pelbagai cabaran bila sahaja bergelar mualaf.

Muhammad Fitri yang mendirikan rumah tangga dengan gadis pilihan keluarga angkat, Nazreen Kamal Basha, 30, kini diceriakan dengan kehadiran empat cahaya mata; Najwa, 9, Muhammad Abdurahman, 8, Abdurrahim, 5 dan Sumayyah, setahun.

Ditanya bagaimana beliau berhadapan dengan reaksi keluarga selepas pengislaman, katanya, seminggu sebelum memeluk Islam beliau pernah berbohong kepada ibu memberitahu dirinya sudah Islam.

“Pada masa itu, saya hanya hendak menguji sejauh mana penerimaan mereka. Reaksi awal ibu ialah dia kecewa tetapi tidak marah dengan pilihan yang diambil. Pada masa itu juga terbongkar satu kisah yang ibu simpan sejak mendiang ayah masih hidup iaitu semasa saya berusia enam bulan, ayah pernah mengeluarkan kata-kata yang saya suatu hari nanti akan menukar namanya kepada Abdullah. Padahal ayah meninggal semasa saya berusia enam tahun.

“Apabila melihat sikap keterbukaan ibu, timbul keberanian untuk meneruskan keputusan memeluk Islam. Pun begitu, saya memahami kekecewaan mereka kerana saya dikira orang harapan dalam keluarga.

“Saya cuba buktikan kepada mereka, yang saya bukannya menyembah Tuhan yang baru tetapi Tuhan Yang diesakan sebagaimana disebut dalam kitab lama masyarakat Hindu.

“Pada peringkat awal, adik-beradik juga kecewa dengan keputusan saya. Mereka terasa seolah-olah saya hendak bertukar identiti, khuatir saya akan berkahwin dengan gadis Melayu dan takut hubungan kekeluargaan terbatas kerana perbezaan agama,” katanya bersyukur apa yang dibimbangi tidak berlaku malah hubungan mereka anak-beranak semakin hari bertambah akrab.

Saranan Muhammad Fitri kepada mana-mana individu yang berhasrat memeluk Islam agar membuat perancangan terlebih dahulu terutamanya persiapan dari segi mental dan ekonomi.

“Saya beruntung kerana banyak pihak yang menyokong dan mendokong sepanjang perjalanan pengislaman saya hingga ke hari ini. Keluarga angkat yang telah menyediakan seorang guru, Zainuddin Sitek untuk mengajar selok-belok Islam dan membaca al-Quran. Alhamdulillah dalam masa setahun saya telah lancar membaca al-Quran.

“Jasa mereka ini hanya Allah s.w.t. dapat membalasnya. Pun begitu saya terharu dengan pemahaman keluarga kerana tidak mengambil sikap terlalu emosional apabila berhadapan isu pengislaman saya. Ia amat besar maknanya buat saya,” kata Muhammad Fitri yang mula serius dalam kegiatan dakwah sejak 1999. Ini semua bertitik-tolak daripada saranan Rasulullah s.a.w.: Sampaikanlah oleh kamu walau sepotong ayat.

Selain menjadi Ahli Jawatankuasa Perkim Selangor, Muhammad Fitri turut menjadi Panel Dakwah, Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS), panel kaunselor di Mufti Kerajaan Negeri Sembilan. Selain itu, sering menjadi penceramah jemputan terutamanya tentang tajuk perbandingan agama.



read more

Dr. Jeffrey Lang Dulu Cabar Kewujudan Tuhan

0 ulasan
Dr. Jeffrey Lang Dulu Cabar Kewujudan Tuhan

BERKULIT putih dan berambut perang kini menjadi wajah-wajah pendakwah Islam kontemporari. Ini termasuklah Profesor Matematik di Universiti Kansas, sebuah universiti yang terkemuka di Amerika Syarikat (AS), Dr. Jeffrey Lang. 

Beliau tidak sahaja berkongsi pengalaman uniknya memeluk Islam pada 1982 tetapi beliau menulis buku tentang pengislamannya bagi membuka hati-hati yang selama ini tertutup untuk mengakui kebesaran Tuhan.
Setelah memeluk Islam dan mendirikan solat lima kali sehari semalam, Dr. Jeffrey berkata, ibadat tersebut begitu memberikan kepuasan pada jiwanya terutama ketika mendirikan solat subuh. Ia adalah detik-detik paling indah yang pernah dilaluinya. 

“Itu adalah saat anda meninggalkan buat sementara alam dunia ini kerana ternyata dalam suasana sunyi dan sepi itu serta bersama barisan malaikat, kita saling memuji (berzikir) terhadap Allah s.w.t. menunggu terbitnya sang mentari,” katanya.

Apabila ditanya bagaimana beliau begitu tertawan dengan al-Quran yang menggunakan bahasa Arab sedangkan bahasa itu begitu asing baginya selama ini. 

Jawab Dr. Jeffrey: “Bagaimana pula seorang bayi (yang tidak mengerti apa-apa) dapat ditenteram hanya setelah mendengar suara ibunya?” 

Dr. Jeffrey yang dilahirkan pada 30 Januari 1954 di Bridgeport, Connecticut, AS mengisytiharkan dirinya seorang yang tidak percayakan Tuhan atau ateis ketika berusia 18 tahun walaupun dibesarkan dalam keluarga yang kuat mengamalkan Judeo-Kristian Katolik. 

“Saya mempersoalkan jika ada Tuhan yang Maha Penyayang lagi Mengasihani mengapa ada umat yang dibiarkan menderita di muka bumi ini? Kenapa tidak diciptakan sahaja syurga itu di muka bumi ini? Kenapa diciptakan manusia untuk menderita,” katanya.

Pemikiran seperti itu dibentuk sejak beliau belajar di Sekolah Tinggi Lelaki Notre Dame (sebuah sekolah mubaligh Kristian) sehinggalah melanjutkan pelajaran di peringkat ijazah, sarjana dan kedoktoran dalam bidang matematik. 

“Sebagaimana bidang itu yang berteraskan logik akal dan bermain dengan fakta dan angka, begitulah juga cara minda saya bekerja. 

“Saya akan cukup kecewa apabila sesuatu itu tidak dapat dibuktikan secara konkrit. Selagi tidak dapat dibuktikan secara logik mengenai Tuhan, bagaimana saya dapat percaya adanya Tuhan,” katanya.
Sehinggalah pada suatu malam beliau bermimpi.

“Saya dapati saya berada di sebuah bilik yang berdinding cat putih, kosong. Tidak ada sebarang perabot di dalamnya kecuali hamparan permaidani yang berjalur rona merah dan putih. 

Terdapat juga satu tingkap kecil yang mampu membenarkan cahaya matahari masuk bagi menghangatkan bilik itu. 

“Ketika itu terdapat tiga barisan lelaki sedang berdiri dan saya di barisan yang ketiga dan masing-masing berdiri menghadap tingkap kecil itu. 

“Saya rasa begitu terasing kerana tidak mengenali sesiapa pun di situ dan seolah-olah seperti berada di negara lain. Kami kemudian melakukan tunduk sehingga ke paras pinggang, diikuti muka yang diletakkan hampir mencium tanah. 

Mimpi

“Suasana begitu sunyi seolah-olah semua bunyi lain telah dimatikan. Apabila kami duduk semula, baru saya dapati perbuatan kami tadi diketuai oleh seorang lelaki yang saya hanya dapat perhatikan bahagian belakangnya. 

“Dia berdiri seorang diri di tengah-tengah barisan kami itu dengan mengenakan jubah putih yang panjang dan mengenakan selendang pada kepalanya. Saya kemudiannya terjaga daripada mimpi itu,” katanya. 

Sebenarnya sepanjang 10 tahun sebagai ateis, mimpi seperti itu sering kali mendatangi tidur Dr. Jeffrey. Tetapi beliau tidak pernah menghiraukannya walaupun ada satu perasaan ganjil setiap kali terjaga daripada mimpi itu.
Selepas 10 tahun melanjutkan pelajaran di universiti, beliau kemudian ditugaskan sebagai pensyarah di Universiti San Francisco. 

Di situ buat pertama kalinya beliau bertemu Mahmoud Qandel iaitu seorang pelajar Islam yang mengikuti pengajiannya. Dr. Jeffrey mula bersahabat baik dengan Mahmoud dan sering mengunjungi rumah dan keluarga pelajar berkenaan.

Namun soal agama tidak pernah menjadi topik dalam setiap perbualan mereka sehinggalah pada suatu hari Dr. Jeffrey dihadiahkan senaskhah al-Quran dan beliau berjanji pada dirinya tidak akan berpaling tadah apabila membaca kitab suci itu. 

Malah beliau membacanya dengan penuh prejudis terhadap Islam.
“Tetapi kamu tidak boleh membaca al-Quran begitu sahaja, kecuali kamu perlu serius mendalaminya. Akibatnya sama ada kamu terus menyerah kalah (kepada kebenaran Tuhan dan agama) atau menyebabkan anda melancarkan satu peperangan kerana isi kandungannya berlawanan dengan kepercayaan anda selama ini.

“Dan saya termasuk golongan yang kedua itu. Tetapi peperangan ini sungguh menarik kerana didapati lama-kelamaan saya semakin tidak dapat mempertahankan diri saya sendiri. Seolah-olah al-Quran itu lebih mengenali dan mengetahui setiap inci kelemahan diri saya berbanding saya mengenali diri saya sendiri.
“Malah Dia sedang membaca fikiran saya. Setiap malam pelbagai persoalan timbul dalam pemikiran saya, tetapi saya beroleh jawapannya melalui al-Quran keesokan harinya. 

“Kitab itu mampu memadamkan sedikit demi sedikit fahaman yang saya bina selama ini. Malah kitab itu kini memimpin saya, mengajak saya ke satu sudut kebenaran yang mampu saya terima kerana ia sangat logik,” imbas Dr. Jeffrey ketika al- Quran mula diperkenalkan kepadanya.

Sehinggalah pada suatu hari ketika berusia 28 tahun, Dr. Jeffrey terjumpa sebuah bilik yang terletak di tingkat bawah sebuah gereja di universiti.

Bilik itu agak pelik kerana ia mengingatkan beliau pada sesuatu. Kemudian beliau diberitahu bahawa bilik itu sebenarnya dijadikan surau bagi membolehkan pelajar Islam di universiti itu mendirikan solat. 

Beliau kemudian terpaku di situ sambil mindanya bergelut dengan pelbagai perkara. Dr. Jeffrey merasakan dirinya mempunyai kekuatan untuk melakukan satu perubahan pada pendirian dan falsafah hidupnya selama ini. 

Kini beliau meyakini bahawa Tuhan itu wujud, malah kerana adanya Tuhanlah, dengan kekuasaan-Nya itu Dia mampu mengubah dan menggoyahkan pegangannya selama ini yang tidak percayakan Tuhan.

Tanpa membuang masa, beliau melafazkan dua kalimah syahadah bersaksikan beberapa pelajar Islam yang ketika itu hendak menunaikan solat di bilik itu. 

Seolah-olah berlaku satu perayaan, mereka semua gembira dengan perubahan besar yang dilakukan Dr. Jeffrey itu lalu mereka mendirikan solat Asar berjemaah dan berdoa bagi meraikan kehadiran saudara baru itu.

Seusai solat, tiba-tiba Dr. Jeffrey menggigil ketakutan.
“Mimpi itu! Ya mimpi itu! Suasana kami mendirikan solat jemaah sebentar tadi tidak ubah seperti yang selalu datang dalam mimpi saya.

“Bilik ini, para jemaah dan pergerakan solat itu seperti yang selalu saya mimpikan. Betapa hebat kebetulannya dan sukar untuk saya mempercayainya.

“Saya cuba memfokuskan semula fikiran ekoran apa yang berlaku itu. Setelah menarik nafas saya seolah-olah disirami rasa dingin yang menjalar ke seluruh badan. Tuhan! Ia adalah satu kenyataan, sejurus itu juga air mata saya mengalir laju membasahi pipi,” katanya.

Kepatuhan

Perjalanan seseorang untuk memeluk Islam adalah begitu unik dan berbeza antara satu sama lain. Seperti yang berlaku pada Dr. Jeffrey, daripada seorang yang mencabar mengenai kewujudan Tuhan, beliau kini seorang yang mempunyai kepatuhan yang tidak berbelah bagi terhadap Allah. 

Daripada seorang panglima ateis yang begitu bengis dengan menjadikan al-Quran sebagai musuh, beliau akhirnya mengaku kalah dan tunduk kepada kitab itu.

“Semua yang saya anggap selama ini begitu hebat di kepala (ateis) kini kedudukannya berada di atas tanah, sujud sebagai tanda penyerahan diri kepada-Nya,” katanya.
Dr. Jeffrey berkahwin dengan seorang wanita warga Arab bernama Raika dan dikurniakan tiga orang anak perempuan. Beliau kini giat berdakwah di kalangan rakyat kulit putih Amerika. 

Untuk tujuan dakwah, beliau juga menulis buku-buku. Antara yang begitu mendapat sambutan di AS ialah Struggling To Surrender - Some Impressions Of An American Convert To Islam (Beltsville, 1994) dan Even Angels Ask: A Journey To Islam In America (Betsville, 1997) dan Losing My Religion: A Call For Help (Betsville, 2000).

Buku-buku tersebut menjelaskan kepada kita bagaimana fakta-fakta daripada al-Quran dan ajaran Islam mampu menangkis fahaman ateis.


read more

Yusuf Islam: Satu-Satunya Yang Membedakan Seorang Muslim Dan Kafir Adalah Salat

0 ulasan
Yusuf Islam: Satu-Satunya Yang Membedakan Seorang Muslim Dan Kafir Adalah Salat

Sebelum memeluk Islam, Yusuf Islam dikenal dengan nama Cat Stevens. Ia adalah salah satu seniman besar di tahun 1960-an dan 1970-an, menulis lagu-lagu klasik seperti Matthew & Son, Moonshadow, Wild World atau Father and Son yang kemudian banyak dinyanyikan lagi oleh musisi zaman sekarang. Ia telah menjual lebih dari 50 juta piringan hitam.

Saat ini, Yusuf Islam ini bisa dibilang salah satu orang terkenal yang telah mengubah dunia Islam. Ia aktif dalam bidang pendidikan, dan itu membuat pemerintah Inggris mengesahkan dan mendukung pendidikan Islam di seluruh Britania Raya. Ketiga sekolah yang didirikannya di distrik Brent London—Islamia Primary, Islamia Girls 'Secondary and Brondesbury College for Boy—konsisten dengan pembinaannya.

Berikut ini adalah petikan ucapannya.

Anda dibesarkan oleh dunia modern, kemewahan, dan bisnis pertunjukan. Bagaimana sebenarnya masa itu menurut Anda?

Saya lahir di keluarga Kristen, tentu cara berpikir saya juga menurut agama itu. Saya diajarkan bahwa Allah ada, tapi tidak ada kontak langsung denganNya, jadi kami harus melakukan kontak dengan-Nya melalui Yesus. Lebih kurang saya terima, tapi saya tidak menelannya semua. Saya melihat patung Yesus, mereka hanya batu. Dan ketika mereka mengatakan bahwa Allah ada tiga, saya bingung, tetapi tidak bisa membantah. Ketika itu karena saya harus menghormati keyakinan orang tua saya.

Dan kemudian Anda menjadi seorang pop star....

Itu karena secara perlahan-lahan saya menjadi terasing dari pendidikan agama dan saya mulai membuat musik. Saya ingin menjadi bintang besar. Semua hal yang saya lihat di film dan media begitu memesona saya, dan mungkin saya pikir itulah Tuhan saya, yah tujuan menghasilkan uang. Orang-orang di sekitar saya memengaruhi saya bahwa dunia ini adalah tuhan mereka.

Media membuat saya lebih besar daripada kehidupan, jadi saya ingin kehidupan yang lebih besar daripada kehidupan itu sendiri dan satu-satunya cara untuk melakukan itu yaitu dengan mabuk melalui minuman keras dan obat-obatan.

Apa yang menjadi titik balik Anda?

Saat saya berada di rumah sakit, karena gaya hidup "yang tinggi." Saat itulah saya mulai berpikir: apa yang akan terjadi pada saya? Apakah saya ini hanya sebuah tubuh dan tujuan hidup saya hanya untuk memuaskan tubuh ini? Saya menyadari bahwa bencana yang terjadi pada saya karena anugerah yang diberikan oleh Allah kepada saya, memberi kesempatan untuk membuka mata saya, "mengapa saya di sini, mengapa saya ada di tempat tidur.'

Pada waktu itu saya mulai melirik mistisisme Timur. Saya mulai membaca dan hal pertama yang saya sadari adalah kematian, dan itu membuat jiwa saya bergejolak. Saya mulai bermeditasi dan bahkan menjadi seorang vegetarian. Saya ketika itu percaya pada 'perdamaian dan kekuatan bunga', dan ini adalah kecenderungan umum.

Kemudian saya menjadi muak terhadap segala sesuatu yang berbau Kristen. Saya mulai membuat musik lagi dan kali ini mulai mencerminkan pikiran saya sendiri.

Anda katanya juga sempat mendalami ajaran Budha...

Juga mencoba Zen dan Ching, numerology, kartu tarot dan astrologi. Saya melihat kembali ke dalam Alkitab namun tidak bisa menemukan apa-apa. Pada saat itu saya tidak tahu apa-apa tentang Islam dan kemudian, keajaiban terjadi. Saudara saya mengunjungi masjid di Yerusalem dan sangat terkesan.

Ketika ia datang ke London, ia membawa kembali terjemahan Quran, dan dia berikan kepada saya. Dia tidak menjadi seorang Muslim, tetapi ia merasakan sesuatu dalam agama ini, dan pikir saya akan menemukan sesuatu di dalamnya juga. Dan ketika saya menerima kitab itu, semua pertanyaan dalam kepala saya mulai terjawab. Hal pertama yang ingin saya lakukan ketika itu adalah menjadi seorang Muslim.

Anda kemudian merasa sudah menjadi Muslim, padahal Anda waktu itu Anda belum bersyahadat....

Saya ketika itu sudah mulai membaca Al-Quran. Saya pergi ke Yerusalem. Di sana, saya duduk di masjid. Seorang pria bertanya pada saya apa yang saya inginkan. Saya bilang saya adalah seorang Muslim. Dia bertanya nama saya, dan saya jawab 'Stevens.' Dia bingung. Saya kemudian mencoba salat, namun (salat itu) tidak begitu berhasil.

Kembali di London, saya bertemu dengan seorang adik bernama Nafisa. Saya katakan padanya saya ingin memeluk Islam dan dia menunjukkan saya Masjid New Regent. Hal ini terjadi di tahun l977, sekitar 1 tahun setelah saya menerima Al-Quran.

Pada hari Jumat, setelah Salat Jumat, saya menemui imam dan mengucapkan dua kalimat Syahadah.

Apa kesimpulan Anda tentang Islam dan agama-agama lain ketika itu?

Seorang wanita Hindu berkata kepada saya, 'Anda tidak memahami Hindu. Kami percaya pada satu Tuhan, kami menggunakan benda-benda (berhala) hanya untuk berkonsentrasi.' Apa yang dia katakan bahwa untuk menggapai Tuhan, kita harus menciptakan asosiasi-asosiasi, dan mereka menggunakan berhala untuk tujuan ini. Tetapi Islam menghilangkan semua hambatan itu. Satu-satunya hal yang membedakan orang-orang Mukmin dari orang-orang kafir adalah salat. Ini adalah proses pemurnian.

Akhirnya saya ingin mengatakan bahwa segala sesuatu yang saya lakukan adalah untuk Allah dan saya harap Anda mendapatkan beberapa inspirasi dari pengalaman saya. Selain itu, saya ingin menekankan bahwa saya tidak punya kontak dengan Muslim, sebelum saya masuk Islam. Saya membaca Al-Quran dan menyadari tidak ada orang yang sempurna, hanya Islam yang sempurna, dan jika kita meniru perilaku Nabi Muhammad saw, kita akan sukses.


read more